Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (KOSTRAD) yang semula
dilahirkan dengan nama Korps Tentara Ke-1 / Cadangan Umum Angakatan
Darat ( KORRA I / CADUAD) pada 44 tahun yang lalu tepatnya pada
tanggal 6 Maret 1961 dengan segala keterbatasannya namun telah mampu
turut serta menentukan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kini
telah tumbuh dan berkembang menjadi satuan Pemukul Strategis yang
dihandalkan dalam jajaran TNI serta siap menjaga dan mempertahankan
integritas bangsa dan negara Indonesia yang bersendikan Pancasila
dan UUD-1945.
Kostrad dilahirkan dalam situasi dimana bangsa Indonesia sedang
memperjuangkan kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi
Republik Indonesia. Korra I / Caduad lahir dengan surat keputusan
Men/Pangad Nomor : Mk / KPTS 54 / 3 / 1961 tanggal 6 Maret 1961.
Korra I / Caduad merupakan wujud nyata dari rencana dan harapan
pimpinan TNI / TNI-AD dalam upaya membentuk Satuan Cadangan
Strategis TNI / TNI-AD yang bersifat mobile dan memiliki kemampuan
operasional lintas udara serta sewaktu-waktu siap ditugaskan ke
seluruh Wilayah nusantara dalam rangka menjaga dan menjamin
pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kekuatan inti Korra l / Caduad pada waktu itu terdiri dari Divisi
infanteri-1 Korra I / Caduad dibawah pimpinan Brigadir Jenderal TNI
Soeharto mendapat kepercayaan dari pimpinan TNI / TNI Angkatan Darat
sebagai kekuatan inti Komando Mandala dalam tugas operasi Trikora
untuk membebaskan Irian Barat.
Pada saat mendapat perintah untuk melaksanakun operasi Trikora,
kekuatan Korra l / Caduad baru mencapai sekitar 60% dari kekuatan
yang ditentukan, namun keadaan tersebut tidak menjadi hambatan yang
berarti dalam melaksanakan tugas. Setiap prajurit Korra l / Caduad
merasa mendapat kehormatan untuk melaksanakan tugas operasi Trikora.
Panglima Korra l/Caduad ditetapkan oleh Pimpinan TNI / TNI-AD,
sebagai Panglima Mandala merangkap Panglima Angkatan Darat Mandala (
ADLA ). Tugas ADLA dalam operasi Trikora antara lain mengembangkan
pasukan dan pangkalan, mempertahankan Kawasan Darat serta menghadapi
penyerahan Irian Barat secara damai. Disamping itu bertugas pula
melaksanakan infiltrasi dan exploitasi serta membantu pengembangan
pangkalan angkatan lain seperti menyiapkan dan memperbaiki landasan
pesawat terbang di Kendari, Amahae dan Letfuan.
Seiring dengan kegiatan-kegiatan penyiapan penyerbuan umum ke
daratan Irian Barat, kegiatan dalam bidang diplomasi politik terus
ditingkatkan. Upayu-upaya tersebut memaksa Belanda menuju meja
perundingan di PBB, Tekad para prajurit TNI yang pantang mundur dan
didukung semangat bangsa Indonesia yang tangguh dalam melaksanakan
perjuangan, Trikora memberi pengaruh besar terhadap jalannya
perundingan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda di
PBB, yang akhirnya menghasilkan persetujuan " Usul Bunker "
dimana pemerintah Belanda harus menyerahkan kekuasaan atas wilayah
Irian Barat kepada UNTEA dan selanjutnya kepada Pemerintah
Indonesia. Karena perundingan berhasil maka operasi Trikora secara
resmi dibatalkan pada tanggal 29 Agustus 1962, namun Divisi-2 Korra l
/ Caduad tetap berada di sekitar Gorontalo untuk menghadapi
berbagai kemungkinan apabila Belanda melanggar perjanjian seperti
yang pernah dialami pada perjanjian Linggarjati, Renville dan KMB
dan pasukan yang lain dikembalikan kepada induk pasukannya
masing-masing.
TUGAS KOSTRAD
MEMBINA KESIAPAN OPERASIONAL SEGENAP JAJARAN KOMANDONYA DAN
MENYELENGGARAKAN OPERASI PERTAHANAN TINGKAT STRATEGIS SESUAI DENGAN
KEBIJAKSANAAN PANGLIMA TNI.
TUGAS POKOK KOSTRAD
1. MENEGAKKAN KEDAULATAN NEGARA.
2. MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN WILAYAH NKRI YANG BERJUMLAH LEBIH
DARI 17 RIBU PULAU.
3. MELINDUNGI SEGENAP BANGSA INDONESIA DARI ANCAMAN DAN
0 comments:
Posting Komentar