Lyudmila Pavlichenko |
Pasca PD I, peran sniper di militer Inggris makin meredup karena resesi yang sedang melanda dan berakibat pada berkurangnya personel sniper di setiap batalion. PD I yang berakhir dengan perjanjian damai itu pun berimbas pada pemusnahan ribuan senjata sniper sehingga tradisi pelatihan sniper di kalangan militer memudar. Tapi memudarnya peran sniper di militer tidaklah berlaku untuk Rusia yang sedang dilanda revolusi untuk melancarkan Kampanye Komunisme mereka. Rusia, yang mengidamkan memiliki personel handal yang profesional terus mengembangkan persenjataan sniper mereka seperti Simonov AVS36 dan Tokarev SVT38 yang menggunakan peluru kaliber 7.62 x 54mm yang sangat akurat pada jarak tembak 400 meter. Demikian intensifnya pelatihan militer Rusia pada calon snipernya sehingga pada tahun 1939 Rusia sudah mencetak sekitar 60.000 personel penembak jitu handal.
Ketika pada bulan November 1939 Rusia melancarkan serangan militer mereka ke Finlandia, meletuslah perang musim dingin (Winter War) yang berlangsung hingga Maret 1940 itu pun menjadi ajang duel sniper diantara kedua belah pihak yang bersitegang. Para sniper Rusia mendapatkan ujian yang sesungguhnya untuk menghadapi para sniper Finlandia yang terbiasa hidup di musim dingin dengan suhu yang sangat ekstrem, dan para prajurit Finlandia juga sering berburu bebek, itu pun cukup untuk membuat sniper Finlandia diperhitungkan didalam pertarungan sniper. Sniper Finlandia yang bersenjata campuran seperti senapan Arisaka Jepang, Mosin Nagan Rusia, dan Warner and Swasey AS tersebut menerapkan taktik tempur yang sangat berani dengan cara maju menyusup ke front Rusia.
Ketika pada bulan November 1939 Rusia melancarkan serangan militer mereka ke Finlandia, meletuslah perang musim dingin (Winter War) yang berlangsung hingga Maret 1940 itu pun menjadi ajang duel sniper diantara kedua belah pihak yang bersitegang. Para sniper Rusia mendapatkan ujian yang sesungguhnya untuk menghadapi para sniper Finlandia yang terbiasa hidup di musim dingin dengan suhu yang sangat ekstrem, dan para prajurit Finlandia juga sering berburu bebek, itu pun cukup untuk membuat sniper Finlandia diperhitungkan didalam pertarungan sniper. Sniper Finlandia yang bersenjata campuran seperti senapan Arisaka Jepang, Mosin Nagan Rusia, dan Warner and Swasey AS tersebut menerapkan taktik tempur yang sangat berani dengan cara maju menyusup ke front Rusia.
Simo Hayla – Sniper asal Finlandia yg sukses membunuh lebih dari 500 prajurit Rusia |
Taktik tempur tim sniper Finlandia sebenarnya sederhanan namun efektif. Caranya satu tim yang terdiri dari sniper dan observer (spotter) bergerak ke garis depan lalu menyiapkan lubang tempat persembunyian. Di saat yang tepat sniper Finlandia dan observernya menyusup ke front depan untuk menumpaskan dan membunuh personel operator mortir, regu artileri, dan pos-pos komando. Berkat penugasan medan yang sangat baik para sniper Finlandia berhasil mengguncang kekuatan tempur Rusia. Sebaliknya, para sniper Rusia yang kurang mendapatkan latihan dalam pertempuran musim dingin, kesulitan melancarkan serangan balasan (counter-sniper) melawan para sniper Finlandia. Salah satu sniper Finlandia yang dengan sukses membunuh prajurit Rusia lebih dari 500 orang adalah Simo Hayha. Kendati pada akhirnya Rusia berhasil memenangkan perang tersebut, kerugian personel yang dialami sangat besar. Dari satu juta prajurit Rusia yang bertempur di Finlandia, hanya sebagian saja yang masih bisa pulang dengan nama. Keandalan sniper Finlandia pun menjadi pelajaran tersendiri bagi militer Rusia yang kemudian mengubah teknik pelatihan mereka terhadap para calon-calon sniper.
Inilah Senjata yang dipakai Simo Hayla |
Pelatihan sniper Rusia yang dilakukan secara intensif bermanfaat besar ketika pasukan Nazi Jerman menyerbu di tahun 1941. Para sniper Nazi yang menyerbu itu merupakan sniper terbaik pilihan Hitler. Mereka berasal dari anggota partai Nazi dan merupakan bekas penjahat kelas kakap. Sniper Nazi yang dikenal sebagai scharfschutzen- atau yang dikenal sebagai “setengah manusia, setengah iblis”, dilatih secara khusus dan terbiasa berlatih menembak menggunakan sasaran manusia hidup termasuk para wanita dan anak-anak. Berkat pelatihan yang kejam dan tak berprikemanusiaan itu, sniper Nazi mampu membunuh korbannya tanpa merasa bersalah. Untuk menghadapi para sniper Nazi Jerman yang kejam dan terdiri dari para psikopat berdarah dingin, para sniper Rusia harus lebih waspada dan menyiapkan suatu taktik khusus untuk melumpuhkan para sniper tersebut.
Salah satu strategi yang disiapkan para sniper Rusia adalah dengan bersembunyi di rongsokan Tank T-34 dengan mayat didalamnya. Dari tempat persembunyian yang menyeramkan itu, para sniper Rusia mengincar awak Tank Jerman yang sedang mengisi bahan bakar atau amunisi. Kenekatan sniper Rusia yang bersembunyi didalam rongsokan Tank yang didalamnya berisi mayat-mayat yang berbau busuk itu bukanlah tanpa alasan, dan hal tersebut sama sekali tidak diperkirakan oleh pasukan patroli Nazi, sehingga tempat persembunyian para penembak jitu Rusia tak dapat ditemukan. Dan mereka berhasil melancarkan tembakan-tembakan jarak jauh mereka tanpa terdeteksi musuh.
Salah satu strategi yang disiapkan para sniper Rusia adalah dengan bersembunyi di rongsokan Tank T-34 dengan mayat didalamnya. Dari tempat persembunyian yang menyeramkan itu, para sniper Rusia mengincar awak Tank Jerman yang sedang mengisi bahan bakar atau amunisi. Kenekatan sniper Rusia yang bersembunyi didalam rongsokan Tank yang didalamnya berisi mayat-mayat yang berbau busuk itu bukanlah tanpa alasan, dan hal tersebut sama sekali tidak diperkirakan oleh pasukan patroli Nazi, sehingga tempat persembunyian para penembak jitu Rusia tak dapat ditemukan. Dan mereka berhasil melancarkan tembakan-tembakan jarak jauh mereka tanpa terdeteksi musuh.
0 comments:
Posting Komentar